Goresan Kecil Tuhan

    Di suatu pagi yang sepi, dingin, dan mendung. Tak ada kicauan burung, senyap seperti kebahagiaanku yang telah lenyap. Hatiku hancur, bak pajangan krystal kaca yang jatuh dari lemari kacanya, menapaki lantai yang kokoh dan hancur berkepping-keping seketika.
    Pagi itu, tak seperti 1 tahun silam, dimana saat itu masih kujalani dengan senyum, semangat, hasrat yang   menggebu-gebu menantang cakrawala luas dan indah, tapi apa daya, hal itu telah sirna. hilang ditelan waktu dan masa. Ingin... ingin rasanya ku menangis! menjerit!! dan meronta!!!! ARGH!!!! mengapa tuhaaan!!?? mengapaa!!? mengapa takdir ku sepilu ini!!!??. Kehilangan masa indah bersama mereka...., keluargaku! disaat usiaku baru 15 tahun. Tak punya kebahagiaan sesempura sebayaku disana. Dimana anak seusiaku bisa berimajinasi luas, tak sepertiku yang sudah menanggung beban keluarga sebesar ini. Nasibku berubah, semenjak kepergian ayahku 1 tahun lalu.
    Diiringi oleh musik klasik karya komposer terkenal Frederic Choppin-Prelude dan Beethoven-Silence yang menyayat dan mengiris hati ini akupun menulis, meluapkan segala amarah dan pilu, bagaikan bah yang menerjang padang bunga yang indah. Aku, tak tau harus berterimakasih atau marah kepada tuhan, untuk diriku yang sekarang ini, tak punya sosok ayah, sosok kepala keluarga yang bijaksana itu, pekerja keras, dan penyayang itu. Ayah idaman para anak dan ibu.
    Menjerit!!! bukan hanya aku yang menjerit!, sesosok wanita solehah itupun menjerit, kepiluan pun turut melandanya, wanita berkerudung dan bersenandung qur'an itu menjerit! karna tulang rusuk kirinya pun hilang, sang Adam telah pergi selamanya. Memikul beban seorang diri tidaklah mudah, mengayomi 3 orang anak yang masih sekolah adalah hal yang berat. Itulah ibuku, sosok wanita tegar yang kuat!.
    Tak hanya ibuku, aku pun pilu ketika melihat 2 anak adam yang masih kecil menangis, menyadari kepergian ayahnya yang bukan untuk sementara, menangis melihat sosok anak lain sedang bersenda gurau dengan ayahnya, dirangkul, dipeluk, dan dimanja? mata berkaca-kaca itu pun tak luput dari pandanganku, dan akupun hanya diam, tak ingin menambah kesedihan hati suci itu. Mengapa tuhan? kau berikan kepiluan ini pada kearga kami!!!!!?? MENGAPA!!!?
    1 tahun pun berlalu. Akhirnya akupun sadar dan merenungi semua ini, tak pantas aku mencaci tuhan, meminta lebih kepada tuhan, dan terus menerus meratapi semua ini, dunia tak selamanya indah tak selamanya semu, ada coretan-coretan kecil tuhan di setiap lembaran hidup manusia, dan inilah goresanku, mungkin ini memang tak sepadan bagiku. Tapi dibelahan dunia sana, masih kulihat orang-orang yang hidupnya lebih memilukan daripada ini, masih banyak orang yang tak bisa menggenggam gabah beras ditangannya, masih kulihat banyak anak berhati suci tapi kehidupnya tak sesuci hatinya. Aku bersyukur padamu tuhan, tak kaubuat hidupku jauh lebih buruk daripada mereka. Pesan yang kuambil dari goresan ini adalah, tak pantas aku mengeluh atas hidup ini, karna aku bukanlah satusatunya yang memiliki goresan hidup yang dalam. Dibawah palung, masih ada palung. Dan satulagi, berbaktilah kepadaorang tuamu, sebelum Allah memanggil mereka, sebelum kita terlambat.

_SELSAI_

Komentar

Postingan Populer